Selasa, 20 Januari 2015

[Fic] Dia Atau Diriku (for Gifta's Competition)

Hai teman-teman miiko-chan mengikuti lomba membuat cerita nih untuk yang pertama kalinya, kalau kalian ingin mengikuti nya mudah saja tinggal klik di sini. miiko-chan berharap kalian mau membaca cerita miiko-chan walaupun tidak menarik. boleh saja kalian mengkritik atau memberi saran lewat komentar^o^
editor: Zahra Annisa Fitri




Rules

  • Follow blogku. Udah!
  • Follow Twitter dan Friend FB aku (nama FB-ku ada di page About The Owner) Kalau punya aja. Fb sama Tweet udah gak dipake^.^
  • Memilih min. 2 (max. 5) hadiah kalau menang. Oke!
  • Isi Biodata. Sudah!
  • Kalau mau join, bilang di comment, jangan di CBOX. Sudah!
  • Tag 3 orang yang on. aku tag zahra, fauzan dan shacci ya
Biodata:

Nama: Sandra Maghfirah
Email: (kalau gk punya cantumkan akun FB/Twitter saja, kalau tidak punya juga,                 tidak diisi saja). sandrasembiring@yahoo.com
Kelas: 8/2 SMP
Umur: 13 tahun


Gift:

  • 3 Foto artis fav bebas
  • Doodle Girl (5)
  • Doodle Girl (3)
  • Aku editkan foto kamu
  • Buat blog bareng
  • Aku buatkan cerita dongeng
  • Header *cari di Google (3)
  • Banner Simple (1) *own made
  • Gif K-on (5) *cari di Google
  • ID Card simple (2) *own made
  • Req. Tuto. (2) *di post di blogku

Cerita:

Dia Atau Diriku
Namaku adalah Takahashi Airu, seorang pelajar di SMP Gonu. SMP Gonu adalah SMP yang paling besar yang pernah kutemui. SMP ini juga merupakan SMP terelite dan terunggul se-Jepang.
Di hari yang panas ini, ingin sekali kutenggelamkan diriku ke dalam bak mandi yang dipenuhi es batu. Dengan sekali celupan, itu menenangkan pikiran dan membuat badanku menjadi rileks. Sayangnya, saat ini aku memiliki banyak pekerjaan dikarenakan tugasku sebagai ketua OSIS.
Tiba-tiba, di saat aku yang sedang terburu-buru sambil membawa banyak buku melewati koridor sekolah… “BRUK!!”
“Aww… Sakit sekali,” kata seseorang yang menabrakku.
“Aduh, gimana sih! Jadi berantakan deh, semuanya,”
“Bereskan saja semuanya sendiri,” Seseorang itu langsung pergi meninggalkanku.
“HEI! JANGAN SEMBARANGAN! SEMUA ITU BUKU-BUKU OSIS TAU! HEI, KEMBALI!” Aku berteriak sekencang mungkin. Meski begitu, semuanya sia-sia karena dia tidak mendengarku.
“Ah, buat kesal saja. Awas saja kalau aku bertemu dengannya lagi,”
                Sembari aku membereskan buku-bukuku yang terjatuh, mendadak ada seseorang yang menghampiri.
“Kau tidak apa-apa, Ai-chan?” Seorang gadis cantik dengan rambut panjang sama sepertiku mengulurkan tangannya di hadapanku
“Ah, Neechan! Aku tidak  apa-apa, kok,” Aku langsung berdiri.
“Baiklah kalau begitu. Lain kali hati-hati, ya. Aku masih ada yang ingin kukerjakan,”
“Baiklah!”
                Dia adalah kakakku. Nama lengkapnya adalah Takahashi Akira. Dia sangat baik, anggun, cantik, pintar, dan menawan. Dia juga primadona sekolah. Sayangnya, dia tidak mempunyai pasangan di sekolah ini. Aku selalu mendukungnya. Apapun yang dia inginkan aku selalu membantunya dan mendukungnya karena kami selalu bersama dan tidak terpecahkan oleh apapun walaupun karena satu orang lelaki.
                Aku memasuki ruang OSIS. Di sinilah tempatku berada. tempat yang kusuka. Ruangan ini selalu dipenuhi dengan keramaian, tetapi sangat merepotkan. Aku langsung menduduki bangkuku. Aku tertarik dengan pemandangan yang ada di luar pintu. Karenanya, aku keluar dan melihat apa yang terjadi.
“Ah… Permisi, Pak Onishi, apa yang sedang terjadi?”
“Takahashi! Kebetulan sekali kamu di sini. Bapak ingin minta tolong kepadamu,”
“Minta tolong apa, Pak? Dengan hormat, saya akan melaksanakannya dengan sebaik mungkin,”
“Begini, bisakah kamu mengajari pemuda ini?” Pak Onishi menunjuk pemuda lelaki yang ada di depannya.
“HA??” Aku terkejut mendengar permintaan Pak Onishi. Bagaimana bisa? Aku saja masih pelajar?
“Bapak minta tolong ajarkan dia. Baiklah, Bapak tinggal dulu,”
“Ha? Padahal, aku saja belum menjawab pertanyaannya,”
“Namaku Matsumoto Yuuma. Maaf sudah mendorongmu di koridor tadi,”
“A-APA? Ternyata itu engkau. Baiklah, tidak apa-apa. Kapan bisa aku mengajarimu?”
“Kau ini ketua osis, bukan? Jadi, waktumu tidak begitu banyak. Bagaimana kalau setiap pulang sekolah?”
“Kalau aku harus mengikuti rapat osis setiap pulang sekolah?”
“Ya sudah, di saat kau mengikuti rapat, aku tidak bisa menunggumu pulang. Jadi, di hari kau rapat, tak usah saja,”
“Ya sudah kalau itu maumu, yang penting aku menjalani tugas yang diberi Pak Onishi”
Aku langsung meninggalkan Matsumoto. Menurutku, dia mempunyai sifat yang sangat bandal. Makanya Pak Onishi meminta tolong kepadaku untuk mengajarinya. Matsumoto Yuuma, dialah yang mendorongku di koridor tadi. Setelah kuperhatikan dia mempunyai mata dengan iris berwarna coklat yang terlalu mencolok, rambut yang keren, juga tinggi. Tetapi, mengapa orang seperti itu bisa bandal ya? Ah, sudahlah.
***
                Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagiku.
“Ai-chan”
“Ah, Neechan. Ada apa?
“Kok, ada apa? Mari kita pulang!”
“Ah, maafkan aku. Aku tidak bisa karena aku harus mengajari Matsumoto Yuuma,”
“Matsumoto Yuuma?”
“Iya, kenapa?”
“Ah, tidak apa-apa. Baiklah, aku harus pulang,”
                Kakak meninggalkanku. Kenapa dia merasa terkejut? Ini sangat membingungkan dan mencurigakan. Tetapi, ya sudahlah. Aku tak mungkin mencurigai kakakku sendiri.
“Ketua Osis!”
“Ah, Matsumoto. Baiklah, ayo kita mulai!”
                Aku mengajarinya perlahan-lahan hingga dia sedikit mengerti.
“Ah, lelah sekali,”
“Hei, aku baru saja memberimu satu soal, tahu? Ayo, kerjakan soal selanjutnya!”
“Berikan aku istirahat 10 menit saja,”
“5 menit!”
“10 menit,”
“5 menit!”
“Hahahaha.. Baiklah,”
                Melihatnya yang tertunduk di atas meja, sepertinya dia tertidur? Melihat rambutnya yang tersibak, ingin sekali aku merapikannya. Dia membalikkan wajahnya ke arahku. Ah, tanpa sadar, aku hanya terfokus ke arahnya.
“Kenapa?” katanya bingung karena aku hanya melihat dirinya saja.
“Tidak apa-apa. Rambutmu berantakan,”
“Biarkan saja,”
“Bolehkah aku merapikannya?”
                Suasana terhening sebentar. Ke-Kenapa aku bisa berbicara seperti itu di depannya, padahal itu hanya isi hatiku?
“Kau ini bicara apa?”
“Tidak, itu hanya spontan,”
“Rapikanlah kalau kau memang berniat,” Dia langsung membalikkan kepalanya lagi.
                Aku lantas merapikan rambutnya. Sangat kasar aku tidak suka. Tetapi, aku ingin mengelus kepalanya sampai ke pipinya.
“Sudah cukup?” tanyanya kepadaku
“Ah, rambutmu sangat kasar,”
“Aku memang jarang membasuh rambut,”
“Menjijikkan!”
“Kalau menjijikkan, kenapa kau terus meletakkan tanganmu di atas kepalaku?”
“Ah, maaf. Aku lupa,” Aku langsung melepaskan tanganku dari kepalanya.
“Hahaha.. Wajahmu merah, tuh”
“Apaan, sih!”
“Kau lucu juga, sih. Ayo kita mulai lagi”
                Di-Dia tersenyum? Wah, aku membuatnya tersenyum! Aku sangat menyukainya. Lain kali, akan kubuat dia tertawa lagi.
***

                Setelah aku mengajarinya, aku langsung pulang, tetapi tiba-tiba saja diluar turun hujan yang sangat deras. Waktu menunjukan pukul 5 sore. Aku kembali memasuki kelasku, tidak ada seseorang pun didalam kelas ini. Aku terduduk di bangku guru dan seketika aku termenung, masuk seseorang dengan pakaian yang berantakan
                “Ketua osis, kenapa belum pulang?” Itu dia,matsumoto!
                “Ah, ternyata engkau. Diluar hujannya sangat deras dan sepertinya aku tidak bisa pulang sekarang,”
                “Bisa,” Mastumo sambil membuka sebuah payung yang berwarna merah jambu.
                “Hahahahahahaha,”
                “Kenapa? Ada yang salah?”
                “Hahahaha, payungmu.. itu yang salah,”
                “Ini bukan punyaku tau, aku mendapatkannya di dekat locker,”
                “APA?”
                “Yah begitulah, mari kita pulang”
                “Balikin payung itu, ini sama saja sudah melanggar norma tau!”
                “Ah, kau ini selalu memikirkan pelajaran terus. Sesekali begini tak apa kan?”
                “…”
                Aku terdiam. Benar juga apa yang dikatakannya, aku terlalu sibuk sehingga yang kupikirkan setiap hari bahkan detik adalah pelajaran. Ketika dia sudah didepan pintu, dia membalikkan arah kepadaku.
                “Mau ikut tidak,”
                “Tentu saja!”
                “Wah ternyata ketua osis sudah bisa bandal juga ya hahahaha,”
                Wah dia tertawa lagi, aku senang. Diperjalanan hujan semakin derasa dan deras, seperti tidak bisa diberhentikan. Tetapi, mengapa?.. mengapa aku sangat senang? Dan mengapa aku tidak ingin hujan ini berhenti?
                “Hujannya semakin deras ni, mau makan dulu?”
                “Hm. Boleh, bayarin ya,”
                “Baiklah. Sekali-sekali,”
                “Wah asyik, makasih ya matsumoto,”
                Ternyata dia baik juga. Eh, tetapi.. mengapa dia tertunduk? Apakah dia sebenarnya tidak berniat membandarinku?
                “Kau itu sebenarnya tidak berniatkan untuk membandariku?”
                “Ah. Ke-kenapa kau berfikir seperti itu?”
                “Karena wajahmu tertunduk dari tadi,”
                “eh, eng-enggak kok, kau salah sangka,”
                “jadi, mengapa kau menunduk,”
                “ka-karena a-aku sangat senang bisa melihatmu tertawa karenaku dan aku juga senang bisa makan berdua denganmu,”
                “Kalau begitu mari kita lakukan ini setiap pulang sekolah,”
                Dia tidak mengatakan ya ataupun tidak. Mengapa aku berani sekali ya berkata seperti itu?
***
                Akhirnya aku sampai kesurgaku yang sebenarnya. Disini aku tidak melihat seseorang pun kecuali neechan. Aku terduduk di sofa besar dan melepaskan sepatuku, mendadak muncullah sebuah teh hangat yang kusukai dan uluran tangan sepertiku. Itu adalah neechan.
                “Bagaimana hari-harimu Ai-chan?”
                “Melelahkan. Aku baru saja sampai pukul 7 malam,”
                “Kau sanggup mengajari Matsumoto?”
                “Neechan mengenalnya?”
                “Ya. Dari pertama kali dia masuk keSMP kita, aku sudah menyukainya,”
                “Serius? Wah kalau begitu neechan saja deh yang mengajarinya,”
                “Ke-kenapa aku?”
                “Neechankan suka padanya, mungkin saja kalau neechan yang mengajarinya, neechan bisa lebih dekat dengannya kan?”
                “Se-serius ni?”
                “Iya aku serius kok, kalau begitu aku kembali kekamar dulu ya,”
***
                Kenapa, kenapa dadaku terasa sangat sesak,
                Kenapa, kenapa dadaku sakit,
                Sakit sekali, seperti ditusuk,
                Aku tidak mempunyai penyakit apapun,
                Tetapi mengapa?
                Dadaku seperti tidak berfungsi lagi,
                Dan kenapa air mataku perlahan-lahan jatuh,
                Baru pertama kali ini aku merasakan seperti ini,
                Apakah aku sakit? atau ini akhir dari segalanya?
                Tuhan tolonglah diriku ini.
***
                “Akari-chan ayo kesini!”
                “Wah banyak sekali bunga-bunga disini, aku suka”
                “Ini cantik sekali seperti Akari,” sambil menunjukan bunga
                “Wah kayaknya lebih cantikkan aku deh,”
                “Hahahah kamu benar kamu adalah orang yang paling cantik sedunia. Kamu adalah puteriku,”
                “Yuuma,”
                “Kenapa?”
                “jangan pernah tinggalin aku,”
                “tenang saja aku tidak akan meninggalkanmu. Selagi masih ada aku disampingmu, aku akan menjagamu itulah tugasku dihidupmu sampai mati,”
                “Kau ini… sangat manis. Aku akan mencintaimu selalu,”
                “HAH!” aku terbangun dari tidurku yang nyenyak, untung saja aku hanya bermimpi, tetapi kalau saja ini terjadi bagaimana? Mimpikan  bisa saja menjadi kenyataan? Tidak, tidak mungkin ini semua tidak mungkin.
***
                Tanpa disadari aku tidak bisa tidur sejak mimpi itu muncul dimimpiku. Ini adalah mimpi terburuk yang pernah aku alami. Sepertinya aku kurang sehat, badanku panas sangat panas. Tetapi, tidak mungkin saja ketua OSIS tidak datang untuk yang pertama kalinya. Aku akan berusaha untuk melawan rasa sakit ini.
                “Ai-chan cepat, kita bisa terlambat sekolah ni” teriak neechan di balik pintuku
                “Baik lah kak”
                Ya dia lah yang kumimpikan sekarang, dia bersama Matsumoto,tetapi bukannya aku senang dan harus mendukungnya? Walapun begitu dadaku sangat sesak ketika mengingat ini semua.
***
                Aku harus membicarakan semua ini kepada matsumoto, kalau yang mengajari dia sekarang adalah bukan aku tetapi neechan.
                “Ah. Matsu!”
                “Ada apa?”
                “Wuah! Wajahmu menyeramkan, mengapa?”
                “Apaan sih jahat banget,”
                “Ah, tida-tidak. Aku ingin berbicara,”
                “Ya sudah silakan,”
                “Sebenarnya aku sudah tidak bisa mengajarimu tetapi kakakku mau menggantikannya kok,”
                “Kakakmu? Takahashi Akari ya?”
                “Iya tidak apa-apakan?
                Dia tidak menjawab bahkan menoleh dan langsung meninggalkanku. Kenapa ya? Seharusnya dia senangkan diajari oleh primadona sekolah? Aneh..
***
                Hari ini aku tidak bisa berdua dengannya lagi. Makan bareng diluar, merapikan rambutnya.. ah, itu sungguh kenangan yang berharga bagiku. Kali ini aku langsung pulang kerumah dan menikmati teh kesukaanku yang sering dibuatkan oleh neechan. Aku mulai meminumnya tetapi air didalam teh itu terlalu panas sangat panas, sehingga membuat air mataku keluar secara tiba-tiba. Bukan.. ini bukan karena panas, tetapi karena ini terlalu pahit sangat pahit dan sakit.
***
                Aku mulai melalui hari-hari tanpa mengajarinya sekarang pun kami tidak saling menegur, dan melihat satu sama lainnya. Aku benci sangat benci, aku tidak ingin terjadi. Hatiku sangat rapuh ketika semua itu terjadi dan Matsumoto semakin dekat dengan neechan, ada apa ini? Aku sangat benci.
                Matsumoto? Jika ada kesempatan yang terakhir datang kepadaku
                Bisakah aku berharap untuk berada disisimu?
                Tanpa ada keraguan, kebencian, dan kesengsaraan
                Matsumoto? Jika aku bertanya..
                Apakah kau sudah mempunyai pasangan hidup yang setia?
                Apa yang akan kau jawab Matsumoto?
                Tolong dengarkan diriku ini
                Lihatlah diriku yang rapuh
                Ini sangat sakit
                Ini sungguh sangat menyakitkan
                Tetapi aku tau kau tak akan pernah tau.
                Aku bingung
                Apakah aku harus lanjut atau tidak?
                Tetapi jika aku berhenti, hatiku yang tertekan
                Kau tau aku harus memilih apa, matsumoto?
                Ku mohon dengarkan aku, dengarkan aku.
                Aku terbangun dari tempat tidur di UKS, apa yang terjadi? Kenapa ada Matsu dan neechan disini? Dan kenapa aku disini?
                “Ah. Ai-chan sudah bangun Yuuma,”
                “Ah.. eh..,’’
                “Baiklah kalau begitu aku pergi dulu ya” Neechan meninggalkan kami berdua diUKS, sebenarnya ada apa ini?
                “A-Airu aku.. sebenarnya..,”
                Dia memanggil namaku? Kenapa? Apa yang akan dilakukannya? Aku tidak bisa bergerak.
                “Maafkan aku selama ini, aku bisa melihat sisimu yang rapuh. Aku tau kau tidak suka aku berduaan dengan kakakmu kan? Aku juga kesal padamu mengapa kau harus digantikan oleh kakakmu makanya aku tidak menjawab pertanyaanmu. Sungguh aku tidak bermaksud apa-apa dengan kakakmu kami hanyalah sebatas kakak kelas dan adik kelas. Aku memilih Airu bukan kakakmu,”
                Dia kenapa? Dia tau apa yang kurasakan?
                “Airu.. maukah kau menjadi pacarku?”
                “Bodoh!”
                “Eh..?”
                “Aku ingin kau mengatakan itu dari dulu kepadaku,” Aku langsung mendekatinya dan memeluknya tiba-tiba saja aku menangis dan tangisan ini jatuh dipelukannya.
                “Ke-kenapa airu menangis?”
                “Ti-tidak kok,”
                “Duh makin deras nih,”
                “Kenapa kau tidak menghapus air mataku?”
                “Karena aku tau air mata airu adalah air mata bahagia,”
                Mulai hari ini juga aku sudah menjadi milik Yuuma, sekarang aku akan menjaganya selalu dan tidak akan kulepaskan.


P.S maaf kalau EYD-nya kurang pas, terimakasih^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar